Tantangan dan Peluang dalam Perkembangan ETH

Belakangan ini, media sosial kembali memicu gelombang perdebatan mengenai ETH. Sumber perdebatan ini mungkin ada dua: pertama, wawancara Vitalik yang memicu diskusi luas di komunitas berbahasa Mandarin, kedua, dibandingkan dengan SOL, nilai tukar ETH terhadap BTC terus menurun, yang menyebabkan ketidakpuasan bagi banyak orang. Terkait topik ini, saya juga memiliki beberapa pandangan pribadi.

Secara keseluruhan, saya percaya bahwa prospek perkembangan jangka panjang ETH tetap optimis. Saat ini, tidak ada pesaing langsung yang benar-benar dapat menandingi di pasar. Dalam narasi Ethereum, penempatan "lingkungan eksekusi terdesentralisasi" lebih menekankan pada "desentralisasi" daripada "lingkungan eksekusi", dan keunggulan inti ini tetap tidak berubah.

Namun, perkembangan ETH saat ini memang menghadapi beberapa kendala, yang terutama tercermin dalam dua aspek:

Pertama, jalur Restaking menyebabkan pemisahan sumber daya dalam jalur pengembangan teknologi arus utama Layer2. Mekanisme inti Restaking sulit menciptakan permintaan tambahan untuk ETH, yang mengakibatkan kesulitan dalam memperoleh sumber daya pengembangan yang cukup dan perhatian pengguna di tingkat aplikasi, serta promosi dan edukasi pengguna terhenti.

Kedua, beberapa pemimpin opini kunci dalam ekosistem Ethereum secara bertahap membentuk kelas kepentingan yang relatif terstruktur, yang membatasi likuiditas di dalam ekosistem. Ekosistem pengembang kekurangan insentif yang cukup dan kurangnya dorongan untuk inovasi.

Dampak Restaking terhadap Sumber Daya Ekosistem Ethereum

Munculnya jalur Restaking, terutama proyek yang diwakili oleh EigenLayer, telah memberikan dampak yang signifikan pada ekosistem Ethereum. Ide dari jalur ini berasal dari pemanfaatan aset yang tidak terpakai, tetapi secara langsung menggunakan ETH yang terlibat dalam staking PoS dan menyediakan fungsi eksekusi, yang disebut sebagai AVS (Actively Validated Services).

Praktik ini sebenarnya membentuk "serangan vampir" terhadap Layer2, yang menyebabkan ETH kehilangan sebagian kemampuan untuk menangkap nilai. Restaking menyediakan "skema konsensus kedua" untuk aplikasi yang tidak memerlukan biaya ETH dari rantai utama. Sebagai contoh, untuk lapisan ketersediaan data (DA), rantai aplikasi sebelumnya harus memastikan finalitas data dengan memanggil kontrak di rantai utama, sehingga menciptakan permintaan untuk ETH. Namun, Restaking menawarkan opsi baru yang memungkinkan penggunaan aset apa pun untuk membayar biaya pembelian konsensus.

Perubahan ini membuat pasar DA yang sebelumnya dikuasai oleh Ethereum menjadi pasar yang kompetitif, melemahkan kekuatan penetapan harga dan keuntungan Ethereum. Yang lebih serius, ini mendispersikan sumber daya berharga yang sebelumnya digunakan untuk pengembangan aplikasi dan pendidikan pasar, dan sebaliknya dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur yang berulang.

Krisis yang dihadapi oleh Ethereum saat ini, sebagian besar disebabkan oleh kurangnya jumlah aplikasi aktif yang cukup, yang menyebabkan seluruh sistem penangkapan nilai terjebak dalam keadaan lesu. Ritme operasional proyek sangat penting, dan meluncurkan produk yang tepat pada waktu pasar yang tepat adalah kunci untuk memastikan perkembangan jangka panjang. Setiap kesalahan keputusan dapat menyebabkan stagnasi perkembangan.

Akar masalah ini juga mencerminkan masalah efisiensi dalam penjadwalan sumber daya di organisasi terdesentralisasi. Dalam pasar bull, model inovasi terdesentralisasi ini mungkin lebih menguntungkan untuk menangkap nilai. Namun, dalam kompetisi stok di pasar bear, kurangnya penjadwalan sumber daya yang terintegrasi dapat menyebabkan deviasi dalam arah pengembangan. Sebagai perbandingan, struktur organisasi terpusat seperti Solana seringkali lebih efisien dalam merespons tren pasar dan meluncurkan langkah-langkah terkait.

Fenomena Keterikatan Kelas dalam Ekosistem Ethereum

Kurangnya pemimpin opini yang aktif di ekosistem Ethereum seperti Solana, AVAX, dan bahkan ekosistem Luna yang pernah ada. Meskipun para pemimpin ini kadang-kadang dianggap sebagai kekuatan yang mendorong FOMO, peran mereka dalam kohesi komunitas dan kepercayaan tim pendiri tidak dapat disangkal.

Di ekosistem Ethereum, selain Vitalik, sulit untuk memikirkan pemimpin lain yang memiliki pengaruh luas. Fenomena ini sebagian berasal dari perpecahan tim pendiri awal, tetapi juga terkait dengan pengkristalan kelas dalam ekosistem. Sebagian besar keuntungan dari pertumbuhan ekosistem dikuasai oleh peserta awal.

Banyak peserta awal mulai beralih ke strategi konservatif, dibandingkan dengan ekspansi, mempertahankan status quo menjadi lebih menarik. Untuk menghindari risiko, mereka cenderung mengambil sikap hati-hati saat mendorong pengembangan ekosistem. Misalnya, peserta awal hanya perlu memastikan posisi proyek yang ada seperti AAVE, dan meminjamkan sejumlah besar ETH yang mereka miliki kepada pengguna yang membutuhkan leverage untuk mendapatkan pendapatan yang stabil, sehingga dapat mempertahankan pendapatan yang cukup besar. Dalam situasi ini, dorongan mereka untuk mengembangkan proyek baru secara alami menjadi lebih lemah.

Meskipun demikian, prospek jangka panjang ETH tetap patut diharapkan. Di pasar, tidak ada pesaing langsung yang benar-benar dapat menandingi. Keunggulan inti Ethereum terletak pada karakteristik "desentralisasi" dalam "lingkungan eksekusi desentralisasi"-nya, yang merupakan fundamental yang tidak berubah. Selama dapat mengintegrasikan sumber daya secara efektif dan mendorong pembangunan ekosistem aplikasi, masa depan Ethereum tetap cerah.