Humanity Protocol: Menjelajahi paradigma baru identitas digital di era AI
Di pasar cryptocurrency, sebuah proyek bernama Humanity Protocol menarik perhatian luas. Token $H-nya melambung 95,2% dalam 24 jam, kembali menjadi sorotan pasar. Kisah proyek ini jauh lebih kompleks daripada sekedar spekulasi, ia mewakili sebuah eksperimen besar tentang identifikasi digital di era kecerdasan buatan.
Tujuan utama dari Humanity Protocol adalah membangun sebuah "lapisan kepercayaan" atau "lapisan manusia" global, yang bertujuan untuk membawa sejumlah besar pengguna nyata ke dalam dunia Web3. Untuk mencapai tujuan ini, proyek ini merancang seperangkat solusi teknologi yang unik:
"Bukti Kemanusiaan" (Proof of Humanity, PoH) berbasis pengenalan telapak tangan
Menggunakan teknologi bukti nol pengetahuan untuk melindungi privasi pengguna
Jaringan Layer 2 yang dibangun berdasarkan Polygon CDK, memastikan skalabilitas
Namun, proyek ambisius ini menghadapi kemunduran besar di awal. Dalam acara distribusi token pertamanya, sejumlah besar akun robot berhasil berpartisipasi, yang mengakibatkan proporsi pengguna nyata jauh di bawah harapan. Peristiwa ini sangat merusak reputasi proyek dan juga mengungkapkan kekurangan dalam pencegahan "serangan penyihir".
Keberadaan Humanity Protocol sebagian besar dirancang sebagai pesaing Worldcoin. Dibandingkan dengan teknologi pemindaian iris Worldcoin yang kontroversial, Humanity Protocol memilih solusi pengenalan pola telapak tangan yang lebih mudah diterima. Namun, seperti yang diperingatkan oleh pendiri Ethereum Vitalik Buterin, setiap sistem verifikasi identitas tunggal dapat membawa risiko potensial.
Proyek ini didukung oleh modal yang kuat, termasuk modal ventura terkemuka seperti Pantera Capital dan Jump Crypto. Selain itu, kerjasamanya dengan perusahaan genomika Prenetics berencana untuk menerbitkan sertifikat "bukti kemanusiaan" melalui tes DNA, langkah ini inovatif namun kontroversial.
Perkembangan Humanity Protocol mencerminkan berbagai tantangan yang dihadapi teknologi Web3 dalam aplikasi praktis. Ini menunjukkan potensi teknologi desentralisasi dalam membentuk kembali infrastruktur sosial, sekaligus mengungkapkan kesulitan dalam hal tata kelola, mekanisme insentif, dan kepatuhan hukum.
Apapun nasib akhirnya, Humanity Protocol akan menjadi eksperimen penting dalam eksplorasi autentikasi identitas digital di era AI. Setiap fluktuasi pasar mewakili penilaian masyarakat terhadap visi masa depan ini. Terlibat dalam proyek ini bukan hanya sebuah keputusan investasi, tetapi juga merupakan pilihan terhadap paradigma identitas internet di masa depan.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Humanity Protocol: Paradigma baru identitas digital di era AI Token $H naik 95.2%
Humanity Protocol: Menjelajahi paradigma baru identitas digital di era AI
Di pasar cryptocurrency, sebuah proyek bernama Humanity Protocol menarik perhatian luas. Token $H-nya melambung 95,2% dalam 24 jam, kembali menjadi sorotan pasar. Kisah proyek ini jauh lebih kompleks daripada sekedar spekulasi, ia mewakili sebuah eksperimen besar tentang identifikasi digital di era kecerdasan buatan.
Tujuan utama dari Humanity Protocol adalah membangun sebuah "lapisan kepercayaan" atau "lapisan manusia" global, yang bertujuan untuk membawa sejumlah besar pengguna nyata ke dalam dunia Web3. Untuk mencapai tujuan ini, proyek ini merancang seperangkat solusi teknologi yang unik:
Namun, proyek ambisius ini menghadapi kemunduran besar di awal. Dalam acara distribusi token pertamanya, sejumlah besar akun robot berhasil berpartisipasi, yang mengakibatkan proporsi pengguna nyata jauh di bawah harapan. Peristiwa ini sangat merusak reputasi proyek dan juga mengungkapkan kekurangan dalam pencegahan "serangan penyihir".
Keberadaan Humanity Protocol sebagian besar dirancang sebagai pesaing Worldcoin. Dibandingkan dengan teknologi pemindaian iris Worldcoin yang kontroversial, Humanity Protocol memilih solusi pengenalan pola telapak tangan yang lebih mudah diterima. Namun, seperti yang diperingatkan oleh pendiri Ethereum Vitalik Buterin, setiap sistem verifikasi identitas tunggal dapat membawa risiko potensial.
Proyek ini didukung oleh modal yang kuat, termasuk modal ventura terkemuka seperti Pantera Capital dan Jump Crypto. Selain itu, kerjasamanya dengan perusahaan genomika Prenetics berencana untuk menerbitkan sertifikat "bukti kemanusiaan" melalui tes DNA, langkah ini inovatif namun kontroversial.
Perkembangan Humanity Protocol mencerminkan berbagai tantangan yang dihadapi teknologi Web3 dalam aplikasi praktis. Ini menunjukkan potensi teknologi desentralisasi dalam membentuk kembali infrastruktur sosial, sekaligus mengungkapkan kesulitan dalam hal tata kelola, mekanisme insentif, dan kepatuhan hukum.
Apapun nasib akhirnya, Humanity Protocol akan menjadi eksperimen penting dalam eksplorasi autentikasi identitas digital di era AI. Setiap fluktuasi pasar mewakili penilaian masyarakat terhadap visi masa depan ini. Terlibat dalam proyek ini bukan hanya sebuah keputusan investasi, tetapi juga merupakan pilihan terhadap paradigma identitas internet di masa depan.